Kamis, 20 Maret 2014

unsur-unsur kebudayaan di HST Barabai



Unsur-unsur Kebudayaan Di HST, Barabai
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Kebudayaan dalam Antropologi memiliki tujuh unsur-unsur kebudayaan, yang meliputi : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Setiap wilayah dan letak geografis sangatlah mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan yang ada di wilayah tersebut, kebiasaan yang ada di masyarakat sekitar pun juga sangat mempengaruhi unsur-usur kebudayaan yang ada di masyarakat. Misalnya saja kebudayaan yang ada di daerah Hulu Sungai tentu berbeda dengan kebudayaan yang ada di daerah Banjar Kuala. Jadi, untuk lebih mengetahui dan mengenal  tentang unsur-unsur kebudayaan yang ada di daerah saya yaitu Kabupaten HST, Barabai misalnya di Desa Aluan mati Kecamatan Batu Benawa, maka perlu adanya penjabaran lebih dahulu tentang unsur-unsur kebudayaan yang ada di daerah tersebut.

B.    Rumusan masalah
1.     Apa saja unsur-unsur kebudayaan ?
2.     Bagaimana unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai ?

C.    Tujuan penulisan
1.     Untuk memenuhi tugas Pengantar Antropologi yang diberikan oleh ibu  Dra. Hj. Fatimah, M.Hum./ dan Suroto, S.Pd.,M.Pd.
2.     Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur kebudayaan
3.     Untuk mengetahui unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Unsur-unsur kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia berjumlah tujuh buah, yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan, yaitu :
1.     Bahasa
2.     Sistem pengetahuan
3.     Organisasi sosial
4.     Sistem peralatan hidup dan teknologi
5.     Sistem mata pencaharian hidup
6.     Sistem religi
7.     Kesenian
B.    Unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai
Berikut penjabaran unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai :
1.     Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.  
Bahasa yang digunakan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai masih menggunakan bahasa daerah berupa bahasa banjar, jarang ada orang yang menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan masyarakat lain, kecuali orang-orang pendatang dari daerah lain yang menggunakan bahasa Indonesia. Dialek bahasa yang digunakan oleh masyarakat Hulu Sungai Tengah, Barabai menggunakan dealek bahasa Banjar Hulu.
Misalnya  :
§ Kukuriak (barabai), kuriak-kuriak (Banjar kuala) yang berarti dalam bahasa Indonesianya teriak-teriak.
§ Hidupan (Barabai), adupan (Banjar kuala) yang berarti dalam bahasa Indonesianya berarti anjing. 
§ Pian yang berarti dalam bahasa Indonesianya kamu.
Walaupun sama-sama orang Banjar namun masyarakat masing-masing daerah Kalimantan Selatan memiliki dealek bahasa yang berbeda-beda tergantung dari daerahnya. Jadi , orang daerah Banjar Dengan orang daerah Barabai memiliki bahasa yang berbeda.
2.     Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sudah mulai berkembang kearah yang lebih baik, yaitu dapat dilihat dari pembangunan dunia pendidikan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai sudah mempunyai lembaga pendidikan SD/MI, SMP/MTS, SMA, SMK dan beberapa Perguruan Tinggi, baik perguruan tinggi yang berdiri sendiri maupun cabang dari daerah Banjarmasin. Di SMK yang ada di daerah Hulu Sungai Tengah pun telah dibuka berbagai jurusan antara lain akuntansi, administrasi perkantoran, penjualan, teknologi informatika, teknik pemesinan, dan mekanik otomotif yang dapat memberikan masyarakat program pendidikan siap kerja berupa keahlian tanpa harus melanjutkan perguruan tinggi lebih dahulu, selain itu di daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah juga terdapat lembaga pendidikan tinggi yaitu : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Washliyah Barabai, Akademi Perawat (Akper) Murakata, cabang Universitas Achmad Yani Banjarbaru, Universitas Terbuka dan STIKIP Barabai cabang dari STIKIP Banjarmasin, yang juga ikut mendukung sistem pendidikan Tinggi bagi masyarakat di daerah Hulu Sungai Tengah, Barabai. Dengan melihat jumlah lembaga pendidikan yang tersedia di Kabupaten Hulu Sungai Tengah tersebut maka hal ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan adanya pendidikan dan dimungkinkan berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk meraih jenjang pendidikan yang makin tinggi.
Namun ada di sebagian wilayah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang masyarakatnya masih kurang mementingkan pendidikan, misalnya saja di Desa tempat tinggal saya yaitu di Desa Aluan Mati, sebagian masyarakatnya masih menganggap pendidikan kurang begitu penting bagi mereka, ada sebagian orang tua yang masih beranggapan “mengapa seseorang perempuan harus sekolah bukankah nantinya ia hanya akan bekerja di dapur (menjadi ibu rumah tangga)”, sehingga anak perempuan mereka banyak yang tidak menyelesaikan jenjang pendidikannya tetapi mereka lebih memilih untuk menikah, selain itu sebagian dari mereka juga beranggapan “banyak orang yang sekolah tinggi tapi mereka akhirnya menjadi pengangguran juga”. Walau pun sarana pendidikan di desa saya tersebut sudah terpenuhi mulai dari TK,SD, SMP/MTS, dan SMK, namun anggapan-anggapan tersebut sangat berpengaruh terhadap pemikiran masyarakat yang ada di Desa Aluan Mati tersebut sehingga dapat membuat sebagian masyarakat yang ada di sekitar Desa tersebut menjadi mengabaikan akan pentingnya pendidikan bagi seseorang.
3.     Organisasi sosial
Organisasi sosial yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai  antara lain adalah :
-         Handil maulid, Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tradisi handil, terutama handil maulud umumnya dilaksanakan malam Jum'at, setelah shalat Isya, dengan mengambil tempat bergiliran di rumah-rumah anggota handil. Satu Handil biasanya melingkupi satu kawasan langgar/mesjid atau satu kawasan terdiri dari 1-2 RT.
Pertemuan handil biasanya di isi dengan kegiatan ceramah, pembacaan surah Yasin, atau tahlilan. Kegiatan lainnya adalah menabung, yang tabungannya dibagikan menjelang bulan Maulud tiba, sebagai bekal untuk menyelenggarakan peringatan maulud di masing-masing rumah. Di Bulan Maulud (Rabiul Awal), Handil Maulud inilah yang menyelenggarakan dan mengorganisasikan kegiatan Maulud. Mereka saling mengundang pada saat tiba jadwal. Tak jarang mereka kesulitan mencari kelompok yang bisa diundang, karena "saling tatumpang" jadwal maulud.
-        Bahadring, merupakan salah satu tradisi yang ada Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai. Organisasi sosial ini bersifat kekeluargaan karena adanya unsur gotong-royong antar warga. Salah satu proses pelaksanaan acara pesta perkawinan dalam budaya masyarakat Hulu Sungai Tengah khususnya Barabai adalah bahadring. Yaitu, rapat masyarakat sekitar rumah mempelai dalam rangka pelaksanaan acara pesta perkawinan.
Rapat ini dilaksanakan di rumah keluarga mempelai dengan agenda rapat membahas persoalan kelancaran pesta perkawinan. Biasanya pada akhir rapat ditutup dengan do’a dan dilanjutkan dengan acara makan-makan yang disediakan oleh keluarga mempelai pengantin. Biasanya dalam bahadring ditentukan atau dicatat nama–nama yang bertugas sebagai penerima tamu, pencuci piring, tukang suguhi makanan, tukang buat kobokan dan air minum, tukang masak nasi dan lauk pauk hidangan pesta, tukang jaga parkir, tukang cari band untuk hiburan, dan tukang ambil kembali piring-piring atau gelas kotor yang telah dipergunakan para undangan pesta dan lain-lain.
Bagi yang tidak tercatat namanya karena tidak hadir saat bahadring dapat bergabung pada salah satu tugas tersebut saat pelaksanaan acara nanti. Kemudian juga di bahas tentang hari pelaksanaan gotong royong pembuatan dan pemasangan umbul-umbul pesta, pembuatan panggung hiburan, pembuatan tenda-tenda tempat makan para undangan dan lain-lain.
Pada kesempatan itu masyarakat juga mengadakan sumbangan uang sukarela untuk membantu penyelenggaraan pesta biasanya dipergunakan untuk membuat hiburan dengan mengundang para seniman lokal. Itulah beberapa hal yang harus ditentukan sebelum acara gotong royong penyelenggaraan pesta perkawinan dilaksanakan. Setelah pesta perkawinan selesai maka masyarakat kembali bergotong royong merapikan atau mengembalikan peralatan pesta perkawinan. Diantaranya, mencabut umbul-umbul pesta, melepas tenda-tenda tempat hidangan makan, menyusun kursi dan meja untuk dikembalikan ke pemiliknya, meruntuh kembali panggung tempat hiburan dan lain-lain. Malamnya setelah usai pesta perkawuinan biasanya setelah sholat magrib, masyarakat kembali di undang oleh keluarga mempelai untuk datang ke rumahnya dalam rangka pengucapan terima kasih atas semua bantuan masyarakat yang telah mensukseskan pesta perkawinan. Kemudian acara tersebut ditutup dengan do’a dan dilanjutkan dengan acara makan-makan yang telah disediakan keluarga mempelai pengantin.
Budaya bahadring sudah menjadi turun temurun dilakukan masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ini merupakan salah satu cerminan positif masyarakat yang suka bergotong royong dalam melaksanakan hajat anggotanya. Dan, budaya bahadring ini perlu dilestarikan hingga terus dari generasi ke generasi dalam rangka mempererat hubungan silaturrahmi per individu dalam masyarakat setempat.
Kedua tradisi ini masih sangat diberlakukan di desa saya tinggal yaitu Desa Aluan Mati.
4.     Sistem peralatan hidup dan teknologi
Sistem pelalatan hidup dan teknologi yang ada di Kabupaten Hulu sungai Tengah, barabai sudah cukup maju, dapat dilihat dari dari peralatan hidup dan teknologi masyarakatnya dalam bidang pertanian. Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai Sudah jarang menggunakan alat-alat tradisional dalam bertani mereka tidak lagi mengolah lahan menggunakan alat yang disebut orang barabai dengan “tajak” tapi sekarang masyarakatnya sudah mulai menggunakan traktor dalam mengolah lahan pertaniannya, mereka juga tidak lagi “mairik banih” ketika sedang memanen padi tapi mereka menggunakan perontok padi pada saat sekarang.
Tetapi mungkin disebagian wilayah yang ada di kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai masih ada yang menggunakan peralatan hidup yang masih tradisional.     
5.     Sistem mata pencaharian hidup
berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga karangan Poerwandarminta, sistem mata pencaharian terdiri dari dua unsur kata yaitu:
a.      Sistem, pengertian sistem ada tiga yaitu:
-        Sekelompok bagian (alat, dsb) yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu ; -urat saraf dalam tubuh-pemerintahan,
-        Sekelompok dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan,dsb. Yang disusun dan diatur baik-baik-filsafat
-        Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu;-pengajaran bahasa
b.     Mata pencaharian, berarti pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari.
“Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya”.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem mata pencaharian maka dapat diketahui sistem mata pencaharian yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, barabai meliputi :

-        Bidang pertanian  
Sistem mata pencaharian yang ada dimasyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah kebanyakan adalah bertani(menanam padi) atau orang barabai menyebutnya “bahuma”. Bahuma dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu penanaman bibit padi untuk bahuma dilakukan pada saat musim hujan dan padi akan dipanen pada saat memasuki musim kemarau. Sebagian dari hasil bahuma akan dijual dan sebagian lagi akan disimpan sebagai bahan makanan bagi dirinya dan keluarganya sampai waktu bahuma berikutnya. Selain itu pada masyarakat yang tinggal di daerah pegunungannya mereka menggunakan sistem menanam padi yang disebut ladang tugalan atau disebut juga bahuma gunung. Pada ladang tugalan ini padi akan ditanam pada lereng-lereng pegunungan. Padi yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang lebih baik dan harganya lebih mahal namun sistem pertanian ini waktu panennya lebih lama dibandingkan dengan bahuma didaerah tanah yang datar dan prosesnya juga lebih sulit.
-        Bidang perkebunan
 Sistem mata pencaharian kedua yang banyak berkembang pada masyarakat di daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai adalah bidang perkebunan yaitu menyadap karet atau orang barabai biasa menyebutnya “manurih gatah”. Manurih gatah kebanyakan dilakukan oleh masyarakat yang tinggal disekitaran kaki gunung Batu Benawa dan masyarakat yang tinggal di daerah pegunungannya. Proses manurih gatah biasanya dilakukan pada saat pagi hari dengan menggunakan alat sejenis pahat yang biasa disebut orang barabai dengan nama “lading panurihan” dengan cara sebagai berikut:
Lading panurihan tadi digunakan untuk menoreh batang karet tetapi khususnya dibagian kulit ari batang, dan jangan sampai mengenai kulit bagian dalam batang mengingat apabila terkena maka hasil sadapan tidak terlalu banyak dan batang tersebut menjadi rusak karena proses pelukaan tadi. Proses awalnya penorehan batang dengan melingkari batang, dengan menggunakan lading panurihan tersebut dan ditorehkan dari atas kebawah, sedangkan karet yang keluar di tadah dan dikumpulkan dalam wadah, biasanya wadah yang digunakan berupa tempurung kelapa. Biasanya hasil dari manurih gatah akan dikumpulkan terlebih dahulu selama beberapa hari baru setelah itu dijual kepada pangumpul (orang yang membeli dan mengumpulkan gatah untuk dijual kepabriknya).
Selain karet di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai masyarakatnya juga memiliki sistem mata pencaharian dibidang perkebunan, misalnya kebun jeruk atau biasa orang barabai menyebutnya “kabun limau” yang berada di desa Mahang. Selain itu juga ada masyarakat yang berkebun sayuran selama masa belum bahuma.
-        Peternakan
Disebagian desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai juga memiliki sistem mata pencaharian berupa peternakan, biasanya masyarakat kebanyakan beternak ayam dan hanya ada sebagian yang beternak sapi dan kambing.
-        Perikanan air tawar
Dibeberapa desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai  juga memiliki sistem mata pencaharian dalam bidang perikanan, misalnya saja di desa wake yang ada sebagian masyarakatnya memelihari ikan di tambak-tambak, yang kemudian akan dijual nantinya.
-        Perdagangan
Sistem mata pencaharian berdagang banyak dilakukan oleh masyarakat kota yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai. Mereka ada yang berdagang di pasar murakata ataupun pasar baru (yang memiliki konsep pasar tradisional dan menjadi pusat perdagangan sayur-mayur yang cukup terkenal di banua anam).
-        Kerajinan tangan
Sistem mata pencaharian lewat kerajinan tangan terdapat di daerah Barikin, sebuah daerah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Barabai. Masyarakat di daerah ini memang ahli dalam soal membuat kerajinan berbahan kayu dan tali ijuk, kuda-kuda an dan truk mainan ini mirip seperti toko mainan edukatif dan sapu jagat. Selain sapu jagat raksasa, di Barikin juga dijual sapu ijuk biasa, serta mainan kuda-kudaan dari kayu. Bahkan, perajin di Barikin juga terampil dalam mengolah papan kayu menjadi miniatur truk dengan ukuran 50 cm x 20 cm. Para pengunjung dan wisatawan lokal yang datang ke Barikin, biasanya menjadikan mainan kuda-kudaan dan truk mini sebagai oleh-oleh.
Kalau di desa saya yaitu aluan Mati kebanyakan warganya memiliki sistem mata pencaharian bahuma dan manurih gatah.
6.     Sistem religi
Sistem religi dapat berupa wujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan-gagasan tentang tuhan, dewa-dewa, ruh-ruh halus, neraka, surga, dan lain-lain, tetapi juga sebagai berbagai bentuk upacara (baik yang musiman maupun yang kadang kala), maupun berupa benda-benda suci serta religius.
Sistem religi yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai adalah :
-        Tradisi malam nisfu syaban, tradisi ini dilakukan setiap malam nisfu syaban, masyarakat beramai-ramai menuju masjid sebelum masuk waktu magrib ketika malam nisfu syaban. Masyarakat sholat magrib berjamaah kemudian membaca yasin sebanyak tiga kali secara beramai-ramai dilanjujutkan sholat isya berjamaah, setelah sholat isya dilanjutkan lagi sholat tasbih secara bersama-sama. Tradisi ini selalu berulang-ulang tiap tahunnya ketika malam nisfu syaban.
-        Bamauludan atau bamaulitan, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat ketika tiba bulan maulid Nabi Muhammad SAW, mauludan dilakukan dimasing-masing rumah masyarakat dalam rangka memeriahkan maulud Nabi. Pada tradisi ini diadakan aruh atau selamatan dimasing-masing rumah warga yang dilakukan secara bergiliran selama sebulan penuh ketika bulan Mulud tiba. 
7.     Kesenian
Kesenian dapat berwujud berbagai gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng, atau syair yang indah, tetapi juga dapat berupa wujud sebagai berbagai tindakan interaksi berpola antara sesama seniman pencipta, penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, maupun para peminat hasil kesenian, disamping wujudnya berupa benda-benda indah, candi, kain tenun yang indah, dan lain-lain.
Kesenian yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai antara lain :
-        Kuda Gipang
Kesenian ini berasal dari desa Barikin Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sebenarnya kesenian ini kurang lebih dengan kesenian Jaranan di Jawa. Namun pada Kuda Gipang, alur cerita lebih fleksibel dan sering ada penokohan yang meramaikan dengan tingkah dan dialognya yang lucu. Kuda Gipang didukung sejumlah peralatan selain kostum, seperti Gamelan, Kida-Kida, Sabuk, Jamang, Cabang, Katupung, Babun, Panting Pambawa, Panting Panggiring, Panggulung, Biola, Tarbang Paningkah, Kaprak, Gong dan Suling.
-        Kesenian tradisi bapantul
Kesenian tradisi bapantul berasal dari desa Panggung Barikin kecamatan Haruyan Kabupaten hulu Sungai Tengah, Kesenian Tradisional Bapantul merupakan hiburan segar yang jenaka dan mampu membuat penontonnya tertawa, padahal propertinya cukup sederhana, yang utamanya adalah sebuah topeng yang dipakai oleh seniman yang berperan tergantung dari karakteristik topeng tersebut. Topeng ini bisanya bukan topeng tokoh pewayangan tetapi topeng yang menunjukkan mimik muka yang lucu dan jenaka, sehingga apabila orang yang melihatnya diharapkan akan langsung tertawa.Tingkah polah lucu para pelaku atau pemain bapantul yang sangat unik dapat mengundang gelak tawa para penonton yang melihatnya.
Biasanya kesenian bapantul diselenggarakan diacara-acara seperti bakawinan (pernikahan), peringatan hari-hari besar islam maupun nasional. Selain bapantul juga diadakan panjat pinang yang diiringi dengan musik gamelan.
-        Kesenian suling
Kesenian ini terdapat di daerah tepatnya hanya disatu desa yaitu Kampung Pihandam di kecamatan Limpasu, Kabupaten Hulu sungai Tengah, Barabai. Permainan suling ini adalah memainkan suling secara bersamaan yang terdiri dari beberapa orang pemain suling, antara 6-12 orang. corak lagu pertunjukan suling tersebut menampilkan musik-musik berupa lagu-lagu bahari (jaman dulu). Namun sekarang kesenian ini sudah mulai tidak ada lagi dikarenakan para pemainnya sudah lanjut usia dan beberapa pemainnya sudah meninggal dunia, sehingga tidak ada lagi penerus dari para seniman kesenian suling tersebut.
-        Tari surung apam
Kesenian ini dipelopori atau diolah oleh seorang guru sekaligus instruktur tari, Bapak Yuliansyah yaitu pengajar di Madrasah Tsanawiyah Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tari Surung Apam yang semua gerakannya berdasarkan kombinasi dari parihal keseharian warga bumi Murakata, Barabai bertujuan untuk mengangkat potensi daerah di bidang pariwisata. Tari kelincahan putri-putri murakata dengan sepiring kue apam merah atau putih menarikan keseharian masyarakat Barabai merupakan talenta yang sangat indah dan menarik perhatian kreasi tari.
-        Kesenian beladiri kuntau
KUNTAO,atau pencak silat sukur adalah satu aliran beladiri yang ada di kalimantan selatan. Khususnya di daerah hulu sungai yaitu banua anam (HST, HSS, Tanjung, Tabalong, HSU dan Tapin). Orang yang bisa pun cuma orang-orang tertentu saja lagi yang masih melestarikan khasanah budaya kita iniBeladiri kuntao ada sedikit persamaan gerak jurus dengan kungfu aliran Baji quan atau delapan mata angin,yaitu jurus dapat digunakan pada arena fighter yang sempit,tanpa banyak menggunakan tendangan dan titik serang banyak area tengah dan bawah. Beladiri kuntao sifatnya menunggu serangan datang,bukan awal menyerang.beda dengan aliran bela diri yang lain. Dibanding dengan Bajiquan, titik ledak serangan bisa 2 serangan dengan kuda-kuda rendah, serangan Kuntao berbalas artinya setelah mengelak atau menghindar baru menyerang..
dalam belajar bela diri kuntao,ada jalan atau aturannya juga awal pembuka adalah salam, bunga atau basic atau gerak dasar, fighter atau pertarungan.
-        Bausung pangantin
Seni budaya yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai adalah bausung pangantin. Ba-usung adalah istilah bahasa Banjar, Kalimantan Selatan, asal dari kata usung, yang berarti di angkat ke atas. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia usung berarti berusung, naik tandu; bertandu: raja akan berangkat. Pangantin (bahasa Banjar, Kal-Sel), atau pengantin yaitu pasangan mempelai pria dan wanita yang sedang melangsungkan perkawinan. Jadi ba-usung pangantin adalah mengangkat kedua mempelai ke atas (bahu).
Kalau dilihat dari kebiasaan pelaksanaan pesta perkawinan, secara umum tidak terlepas dari acara sungkem kepada kedua orang tua, kemudian kedua mempelai disandingkan di pelaminan, satu persatu para tamu bersalaman sambil mengucapkan dan mendoakan agar menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Namun, ada yang unik di Kabupaten Hulu Sungai, setelah prosesi perkawinan dilaksanakan, kedua mempelai bersiap-siap untuk diusung, orang yang mengusung terdiri dari dua orang laki-laki, lelaki pertama mengusung mempelai pria, dan lelaki yang kedua mengusung mempelai wanita, laki-laki yang mengusung kedua mempelai tentulah harus kuat agar mampu menahan beban berat kedua mempelai, mempelai pria duduk di atas bahu dengan posisi mengangkang, sedangkan mempelai wanita duduk dengan posisi menyamping.Kemudian mereka diarak sambil diiringi berbagai macam kesenian tradisional, seperti tari japin, hadrah, dan lain-lain.








DAFTAR PUSTAKA