Unsur-unsur Kebudayaan Di HST, Barabai
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Kebudayaan dalam Antropologi memiliki tujuh
unsur-unsur kebudayaan, yang meliputi : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi
sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup,
sistem religi, dan kesenian. Setiap wilayah dan letak geografis sangatlah
mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan yang ada di wilayah tersebut, kebiasaan
yang ada di masyarakat sekitar pun juga sangat mempengaruhi unsur-usur
kebudayaan yang ada di masyarakat. Misalnya saja kebudayaan yang ada di daerah
Hulu Sungai tentu berbeda dengan kebudayaan yang ada di daerah Banjar Kuala.
Jadi, untuk lebih mengetahui dan mengenal
tentang unsur-unsur kebudayaan yang ada di daerah saya yaitu Kabupaten
HST, Barabai misalnya di Desa Aluan mati Kecamatan Batu Benawa, maka perlu
adanya penjabaran lebih dahulu tentang unsur-unsur kebudayaan yang ada di
daerah tersebut.
B. Rumusan
masalah
1. Apa
saja unsur-unsur kebudayaan ?
2. Bagaimana
unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai
?
C. Tujuan
penulisan
1. Untuk
memenuhi tugas Pengantar Antropologi yang diberikan oleh ibu Dra. Hj. Fatimah, M.Hum./ dan Suroto, S.Pd.,M.Pd.
2. Untuk
mengetahui apa saja unsur-unsur kebudayaan
3. Untuk
mengetahui unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Barabai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur
kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan pada semua bangsa di dunia berjumlah tujuh buah, yang dapat disebut
sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan, yaitu :
1. Bahasa
2. Sistem
pengetahuan
3. Organisasi
sosial
4. Sistem
peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem
mata pencaharian hidup
6. Sistem
religi
7. Kesenian
B. Unsur-unsur
kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai
Berikut penjabaran unsur-unsur
kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai :
1. Bahasa
Bahasa
merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi
mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang
fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada
generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa
menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Bahasa
yang digunakan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai masih menggunakan
bahasa daerah berupa bahasa banjar, jarang ada orang yang menggunakan bahasa
Indonesia dalam berkomunikasi dengan masyarakat lain, kecuali orang-orang
pendatang dari daerah lain yang menggunakan bahasa Indonesia. Dialek bahasa
yang digunakan oleh masyarakat Hulu Sungai Tengah, Barabai menggunakan dealek
bahasa Banjar Hulu.
Misalnya :
§ Kukuriak (barabai), kuriak-kuriak (Banjar kuala) yang berarti dalam bahasa Indonesianya teriak-teriak.
§ Hidupan (Barabai), adupan (Banjar kuala) yang berarti dalam bahasa Indonesianya berarti anjing.
§ Pian yang berarti dalam bahasa Indonesianya kamu.
§ Kukuriak (barabai), kuriak-kuriak (Banjar kuala) yang berarti dalam bahasa Indonesianya teriak-teriak.
§ Hidupan (Barabai), adupan (Banjar kuala) yang berarti dalam bahasa Indonesianya berarti anjing.
§ Pian yang berarti dalam bahasa Indonesianya kamu.
Walaupun
sama-sama orang Banjar namun masyarakat masing-masing daerah Kalimantan Selatan
memiliki dealek bahasa yang berbeda-beda tergantung dari daerahnya. Jadi ,
orang daerah Banjar Dengan orang daerah Barabai memiliki bahasa yang berbeda.
2. Sistem
pengetahuan
Sistem pengetahuan yang ada di Kabupaten
Hulu Sungai Tengah sudah mulai berkembang kearah yang lebih baik, yaitu dapat
dilihat dari pembangunan dunia pendidikan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Barabai sudah mempunyai lembaga pendidikan SD/MI, SMP/MTS, SMA, SMK dan
beberapa Perguruan Tinggi, baik perguruan tinggi yang berdiri sendiri maupun
cabang dari daerah Banjarmasin. Di SMK yang ada di daerah Hulu Sungai Tengah
pun telah dibuka berbagai jurusan antara lain akuntansi, administrasi
perkantoran, penjualan, teknologi informatika, teknik pemesinan, dan mekanik
otomotif yang dapat memberikan masyarakat program pendidikan siap kerja berupa
keahlian tanpa harus melanjutkan perguruan tinggi lebih dahulu, selain itu di
daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah juga terdapat lembaga pendidikan tinggi
yaitu : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Washliyah Barabai, Akademi Perawat
(Akper) Murakata, cabang Universitas Achmad Yani Banjarbaru, Universitas
Terbuka dan STIKIP Barabai cabang dari STIKIP Banjarmasin, yang juga ikut
mendukung sistem pendidikan Tinggi bagi masyarakat di daerah Hulu Sungai
Tengah, Barabai. Dengan melihat jumlah lembaga pendidikan yang tersedia di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah tersebut maka hal ini dapat menumbuhkan kesadaran
masyarakat akan adanya pendidikan dan dimungkinkan berkaitan dengan semakin
tingginya kesadaran masyarakat untuk meraih jenjang pendidikan yang makin
tinggi.
Namun ada di sebagian wilayah di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang masyarakatnya masih kurang mementingkan
pendidikan, misalnya saja di Desa tempat tinggal saya yaitu di Desa Aluan Mati,
sebagian masyarakatnya masih menganggap pendidikan kurang begitu penting bagi
mereka, ada sebagian orang tua yang masih beranggapan “mengapa seseorang perempuan
harus sekolah bukankah nantinya ia hanya akan bekerja di dapur (menjadi ibu
rumah tangga)”, sehingga anak perempuan mereka banyak yang tidak menyelesaikan
jenjang pendidikannya tetapi mereka lebih memilih untuk menikah, selain itu
sebagian dari mereka juga beranggapan “banyak orang yang sekolah tinggi tapi
mereka akhirnya menjadi pengangguran juga”. Walau pun sarana pendidikan di desa
saya tersebut sudah terpenuhi mulai dari TK,SD, SMP/MTS, dan SMK, namun anggapan-anggapan
tersebut sangat berpengaruh terhadap pemikiran masyarakat yang ada di Desa
Aluan Mati tersebut sehingga dapat membuat sebagian masyarakat yang ada di
sekitar Desa tersebut menjadi mengabaikan akan pentingnya pendidikan bagi
seseorang.
3. Organisasi
sosial
Organisasi
sosial yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai antara lain adalah :
-
Handil maulid, Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Tradisi handil, terutama handil maulud umumnya dilaksanakan malam Jum'at,
setelah shalat Isya, dengan mengambil tempat bergiliran di rumah-rumah anggota
handil. Satu Handil biasanya melingkupi satu kawasan langgar/mesjid atau satu
kawasan terdiri dari 1-2 RT.
Pertemuan handil biasanya di isi dengan kegiatan ceramah, pembacaan surah
Yasin, atau tahlilan. Kegiatan lainnya adalah menabung, yang tabungannya
dibagikan menjelang bulan Maulud tiba, sebagai bekal untuk menyelenggarakan
peringatan maulud di masing-masing rumah. Di Bulan Maulud (Rabiul Awal), Handil
Maulud inilah yang menyelenggarakan dan mengorganisasikan kegiatan Maulud.
Mereka saling mengundang pada saat tiba jadwal. Tak jarang mereka kesulitan
mencari kelompok yang bisa diundang, karena "saling tatumpang" jadwal
maulud.
-
Bahadring, merupakan salah satu tradisi
yang ada Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai. Organisasi sosial ini
bersifat kekeluargaan karena adanya unsur gotong-royong antar warga. Salah satu
proses pelaksanaan acara pesta perkawinan dalam budaya masyarakat Hulu Sungai
Tengah khususnya Barabai adalah bahadring. Yaitu, rapat masyarakat sekitar
rumah mempelai dalam rangka pelaksanaan acara pesta perkawinan.
Rapat ini dilaksanakan di rumah keluarga mempelai dengan agenda rapat
membahas persoalan kelancaran pesta perkawinan. Biasanya pada akhir rapat
ditutup dengan do’a dan dilanjutkan dengan acara makan-makan yang disediakan
oleh keluarga mempelai pengantin. Biasanya dalam bahadring ditentukan atau
dicatat nama–nama yang bertugas sebagai penerima tamu, pencuci piring, tukang
suguhi makanan, tukang buat kobokan dan air minum, tukang masak nasi dan lauk
pauk hidangan pesta, tukang jaga parkir, tukang cari band untuk hiburan, dan
tukang ambil kembali piring-piring atau gelas kotor yang telah dipergunakan
para undangan pesta dan lain-lain.
Bagi yang tidak tercatat namanya karena tidak hadir saat bahadring dapat
bergabung pada salah satu tugas tersebut saat pelaksanaan acara nanti. Kemudian
juga di bahas tentang hari pelaksanaan gotong royong pembuatan dan pemasangan
umbul-umbul pesta, pembuatan panggung hiburan, pembuatan tenda-tenda tempat
makan para undangan dan lain-lain.
Pada kesempatan itu masyarakat juga mengadakan sumbangan uang sukarela
untuk membantu penyelenggaraan pesta biasanya dipergunakan untuk membuat
hiburan dengan mengundang para seniman lokal. Itulah beberapa hal yang harus
ditentukan sebelum acara gotong royong penyelenggaraan pesta perkawinan
dilaksanakan. Setelah pesta perkawinan selesai maka masyarakat kembali
bergotong royong merapikan atau mengembalikan peralatan pesta perkawinan.
Diantaranya, mencabut umbul-umbul pesta, melepas tenda-tenda tempat hidangan
makan, menyusun kursi dan meja untuk dikembalikan ke pemiliknya, meruntuh
kembali panggung tempat hiburan dan lain-lain. Malamnya setelah usai pesta
perkawuinan biasanya setelah sholat magrib, masyarakat kembali di undang oleh
keluarga mempelai untuk datang ke rumahnya dalam rangka pengucapan terima kasih
atas semua bantuan masyarakat yang telah mensukseskan pesta perkawinan.
Kemudian acara tersebut ditutup dengan do’a dan dilanjutkan dengan acara
makan-makan yang telah disediakan keluarga mempelai pengantin.
Budaya bahadring sudah menjadi turun temurun dilakukan masyarakat Kabupaten
Hulu Sungai Tengah. Ini merupakan salah satu cerminan positif masyarakat yang
suka bergotong royong dalam melaksanakan hajat anggotanya. Dan, budaya
bahadring ini perlu dilestarikan hingga terus dari generasi ke generasi dalam
rangka mempererat hubungan silaturrahmi per individu dalam masyarakat setempat.
Kedua tradisi ini masih sangat diberlakukan di desa saya tinggal yaitu Desa
Aluan Mati.
4. Sistem
peralatan hidup dan teknologi
Sistem pelalatan hidup dan teknologi
yang ada di Kabupaten Hulu sungai Tengah, barabai sudah cukup maju, dapat
dilihat dari dari peralatan hidup dan teknologi masyarakatnya dalam bidang
pertanian. Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai Sudah jarang menggunakan
alat-alat tradisional dalam bertani mereka tidak lagi mengolah lahan
menggunakan alat yang disebut orang barabai dengan “tajak” tapi sekarang
masyarakatnya sudah mulai menggunakan traktor dalam mengolah lahan
pertaniannya, mereka juga tidak lagi “mairik banih” ketika sedang memanen padi
tapi mereka menggunakan perontok padi pada saat sekarang.
Tetapi mungkin disebagian wilayah yang
ada di kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai masih ada yang menggunakan
peralatan hidup yang masih tradisional.
5. Sistem
mata pencaharian hidup
berdasarkan Kamus
Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga karangan Poerwandarminta, sistem mata
pencaharian terdiri dari dua unsur kata yaitu:
a.
Sistem, pengertian sistem ada tiga yaitu:
-
Sekelompok bagian (alat, dsb) yang bekerja bersama-sama
untuk melakukan sesuatu ; -urat saraf dalam tubuh-pemerintahan,
-
Sekelompok dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan,dsb.
Yang disusun dan diatur baik-baik-filsafat
-
Cara (metode) yang teratur untuk melakukan
sesuatu;-pengajaran bahasa
b.
Mata pencaharian, berarti pekerjaan yang menjadi pokok
penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan
untuk biaya sehari-hari.
“Dengan kata lain
sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang
sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok
penghidupan baginya”.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan
sistem mata pencaharian maka dapat diketahui sistem mata pencaharian yang ada
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, barabai meliputi :
-
Bidang pertanian
Sistem mata
pencaharian yang ada dimasyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah kebanyakan
adalah bertani(menanam padi) atau orang barabai menyebutnya “bahuma”. Bahuma
dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu penanaman bibit padi untuk bahuma
dilakukan pada saat musim hujan dan padi akan dipanen pada saat memasuki musim
kemarau. Sebagian dari hasil bahuma akan dijual dan sebagian lagi akan disimpan
sebagai bahan makanan bagi dirinya dan keluarganya sampai waktu bahuma
berikutnya. Selain itu pada masyarakat yang tinggal di daerah pegunungannya
mereka menggunakan sistem menanam padi yang disebut ladang tugalan atau disebut
juga bahuma gunung. Pada ladang tugalan ini padi akan ditanam pada
lereng-lereng pegunungan. Padi yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang lebih
baik dan harganya lebih mahal namun sistem pertanian ini waktu panennya lebih
lama dibandingkan dengan bahuma didaerah tanah yang datar dan prosesnya juga
lebih sulit.
-
Bidang perkebunan
Sistem mata pencaharian kedua yang banyak
berkembang pada masyarakat di daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai
adalah bidang perkebunan yaitu menyadap karet atau orang barabai biasa
menyebutnya “manurih gatah”. Manurih gatah kebanyakan dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal disekitaran kaki gunung Batu Benawa dan masyarakat yang tinggal di
daerah pegunungannya. Proses manurih gatah biasanya dilakukan pada saat pagi
hari dengan menggunakan alat sejenis pahat yang biasa disebut orang barabai
dengan nama “lading panurihan” dengan cara sebagai berikut:
Lading
panurihan tadi digunakan untuk menoreh batang karet tetapi khususnya dibagian
kulit ari batang, dan jangan sampai mengenai kulit bagian dalam batang
mengingat apabila terkena maka hasil sadapan tidak terlalu banyak dan batang
tersebut menjadi rusak karena proses pelukaan tadi. Proses awalnya penorehan
batang dengan melingkari batang, dengan menggunakan lading panurihan tersebut
dan ditorehkan dari atas kebawah, sedangkan karet yang keluar di tadah dan dikumpulkan
dalam wadah, biasanya wadah yang digunakan berupa tempurung kelapa. Biasanya
hasil dari manurih gatah akan dikumpulkan terlebih dahulu selama beberapa hari
baru setelah itu dijual kepada pangumpul (orang yang membeli dan mengumpulkan gatah
untuk dijual kepabriknya).
Selain
karet di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai masyarakatnya juga memiliki
sistem mata pencaharian dibidang perkebunan, misalnya kebun jeruk atau biasa
orang barabai menyebutnya “kabun limau” yang berada di desa Mahang. Selain itu
juga ada masyarakat yang berkebun sayuran selama masa belum bahuma.
-
Peternakan
Disebagian desa di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai juga memiliki sistem mata pencaharian
berupa peternakan, biasanya masyarakat kebanyakan beternak ayam dan hanya ada
sebagian yang beternak sapi dan kambing.
-
Perikanan air tawar
Dibeberapa desa di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barabai juga memiliki sistem mata pencaharian dalam
bidang perikanan, misalnya saja di desa wake yang ada sebagian masyarakatnya
memelihari ikan di tambak-tambak, yang kemudian akan dijual nantinya.
-
Perdagangan
Sistem mata pencaharian
berdagang banyak dilakukan oleh masyarakat kota yang berada di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Barabai. Mereka ada yang berdagang di pasar murakata ataupun
pasar baru (yang memiliki konsep pasar tradisional dan menjadi pusat
perdagangan sayur-mayur yang cukup terkenal di banua anam).
-
Kerajinan tangan
Sistem mata pencaharian lewat kerajinan tangan terdapat di daerah Barikin,
sebuah daerah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Barabai. Masyarakat di
daerah ini memang ahli dalam soal membuat kerajinan berbahan kayu dan tali
ijuk, kuda-kuda an dan truk mainan ini mirip seperti toko mainan edukatif dan
sapu jagat. Selain sapu jagat raksasa, di Barikin juga dijual sapu ijuk biasa,
serta mainan kuda-kudaan dari kayu. Bahkan, perajin di Barikin juga terampil
dalam mengolah papan kayu menjadi miniatur truk dengan ukuran 50 cm x 20 cm. Para
pengunjung dan wisatawan lokal yang datang ke Barikin, biasanya menjadikan
mainan kuda-kudaan dan truk mini sebagai oleh-oleh.
Kalau
di desa saya yaitu aluan Mati kebanyakan warganya memiliki sistem mata
pencaharian bahuma dan manurih gatah.
6. Sistem
religi
Sistem religi dapat berupa wujud sebagai
sistem keyakinan dan gagasan-gagasan tentang tuhan, dewa-dewa, ruh-ruh halus,
neraka, surga, dan lain-lain, tetapi juga sebagai berbagai bentuk upacara (baik
yang musiman maupun yang kadang kala), maupun berupa benda-benda suci serta
religius.
Sistem religi yang ada di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Barabai adalah :
-
Tradisi malam nisfu syaban, tradisi ini
dilakukan setiap malam nisfu syaban, masyarakat beramai-ramai menuju masjid
sebelum masuk waktu magrib ketika malam nisfu syaban. Masyarakat sholat magrib
berjamaah kemudian membaca yasin sebanyak tiga kali secara beramai-ramai
dilanjujutkan sholat isya berjamaah, setelah sholat isya dilanjutkan lagi
sholat tasbih secara bersama-sama. Tradisi ini selalu berulang-ulang tiap
tahunnya ketika malam nisfu syaban.
-
Bamauludan atau bamaulitan, tradisi ini
dilakukan oleh masyarakat ketika tiba bulan maulid Nabi Muhammad SAW, mauludan
dilakukan dimasing-masing rumah masyarakat dalam rangka memeriahkan maulud
Nabi. Pada tradisi ini diadakan aruh atau selamatan dimasing-masing rumah warga
yang dilakukan secara bergiliran selama sebulan penuh ketika bulan Mulud tiba.
7. Kesenian
Kesenian dapat berwujud berbagai
gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng, atau syair yang indah, tetapi juga dapat
berupa wujud sebagai berbagai tindakan interaksi berpola antara sesama seniman
pencipta, penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, maupun para
peminat hasil kesenian, disamping wujudnya berupa benda-benda indah, candi,
kain tenun yang indah, dan lain-lain.
Kesenian yang ada di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Barabai antara lain :
-
Kuda Gipang
Kesenian ini berasal dari desa Barikin
Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sebenarnya kesenian ini kurang
lebih dengan kesenian Jaranan di Jawa. Namun pada Kuda Gipang, alur cerita
lebih fleksibel dan sering ada penokohan yang meramaikan dengan tingkah dan
dialognya yang lucu. Kuda Gipang didukung sejumlah peralatan selain kostum,
seperti Gamelan, Kida-Kida, Sabuk, Jamang, Cabang, Katupung, Babun, Panting
Pambawa, Panting Panggiring, Panggulung, Biola, Tarbang Paningkah, Kaprak, Gong
dan Suling.
-
Kesenian tradisi bapantul
Kesenian
tradisi bapantul berasal dari desa Panggung Barikin kecamatan Haruyan Kabupaten
hulu Sungai Tengah, Kesenian Tradisional Bapantul merupakan hiburan segar yang
jenaka dan mampu membuat penontonnya tertawa, padahal propertinya cukup
sederhana, yang utamanya adalah sebuah topeng yang dipakai oleh seniman yang
berperan tergantung dari karakteristik topeng tersebut. Topeng ini bisanya
bukan topeng tokoh pewayangan tetapi topeng yang menunjukkan mimik muka yang
lucu dan jenaka, sehingga apabila orang yang melihatnya diharapkan akan
langsung tertawa.Tingkah polah lucu para pelaku atau pemain bapantul yang
sangat unik dapat mengundang gelak tawa para penonton yang melihatnya.
Biasanya
kesenian bapantul diselenggarakan diacara-acara seperti bakawinan (pernikahan),
peringatan hari-hari besar islam maupun nasional. Selain bapantul juga diadakan
panjat pinang yang diiringi dengan musik gamelan.
-
Kesenian suling
Kesenian
ini terdapat di daerah tepatnya hanya disatu desa yaitu Kampung Pihandam di
kecamatan Limpasu, Kabupaten Hulu sungai Tengah, Barabai. Permainan suling ini
adalah memainkan suling secara bersamaan yang terdiri dari beberapa orang
pemain suling, antara 6-12 orang. corak lagu pertunjukan suling tersebut
menampilkan musik-musik berupa lagu-lagu bahari (jaman dulu). Namun sekarang
kesenian ini sudah mulai tidak ada lagi dikarenakan para pemainnya sudah lanjut
usia dan beberapa pemainnya sudah meninggal dunia, sehingga tidak ada lagi
penerus dari para seniman kesenian suling tersebut.
-
Tari surung apam
Kesenian
ini dipelopori atau diolah oleh seorang guru sekaligus instruktur tari, Bapak
Yuliansyah yaitu pengajar di Madrasah Tsanawiyah Batu Benawa Kabupaten Hulu
Sungai Tengah. Tari Surung Apam yang semua gerakannya berdasarkan kombinasi
dari parihal keseharian warga bumi Murakata, Barabai bertujuan untuk mengangkat
potensi daerah di bidang pariwisata. Tari kelincahan putri-putri murakata
dengan sepiring kue apam merah atau putih menarikan keseharian masyarakat
Barabai merupakan talenta yang sangat indah dan menarik perhatian kreasi tari.
-
Kesenian beladiri kuntau
KUNTAO,atau pencak
silat sukur adalah satu aliran beladiri yang ada di kalimantan selatan.
Khususnya di daerah hulu sungai yaitu banua anam (HST, HSS, Tanjung, Tabalong,
HSU dan Tapin). Orang yang bisa pun cuma orang-orang tertentu saja lagi yang
masih melestarikan khasanah budaya kita iniBeladiri kuntao ada sedikit
persamaan gerak jurus dengan kungfu aliran Baji quan atau delapan mata
angin,yaitu jurus dapat digunakan pada arena fighter yang sempit,tanpa banyak
menggunakan tendangan dan titik serang banyak area tengah dan bawah. Beladiri
kuntao sifatnya menunggu serangan datang,bukan awal menyerang.beda dengan
aliran bela diri yang lain. Dibanding dengan Bajiquan, titik ledak serangan
bisa 2 serangan dengan kuda-kuda rendah, serangan Kuntao berbalas artinya
setelah mengelak atau menghindar baru menyerang..
dalam belajar bela diri kuntao,ada jalan atau aturannya juga awal pembuka adalah salam, bunga atau basic atau gerak dasar, fighter atau pertarungan.
dalam belajar bela diri kuntao,ada jalan atau aturannya juga awal pembuka adalah salam, bunga atau basic atau gerak dasar, fighter atau pertarungan.
-
Bausung
pangantin
Seni budaya yang ada di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Barabai adalah bausung pangantin. Ba-usung adalah istilah bahasa Banjar, Kalimantan Selatan, asal dari kata
usung, yang berarti di angkat ke atas. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia usung berarti berusung, naik tandu;
bertandu: raja akan berangkat. Pangantin (bahasa Banjar, Kal-Sel), atau pengantin yaitu pasangan mempelai
pria dan wanita yang sedang melangsungkan perkawinan. Jadi ba-usung
pangantin adalah mengangkat kedua mempelai ke atas (bahu).
Kalau
dilihat dari kebiasaan pelaksanaan pesta perkawinan, secara umum tidak terlepas
dari acara sungkem kepada kedua orang tua, kemudian kedua mempelai disandingkan
di pelaminan, satu persatu para tamu bersalaman sambil mengucapkan dan
mendoakan agar menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Namun, ada yang unik di Kabupaten Hulu Sungai, setelah prosesi perkawinan
dilaksanakan, kedua mempelai bersiap-siap untuk diusung, orang yang mengusung
terdiri dari dua orang laki-laki, lelaki pertama mengusung mempelai pria, dan lelaki yang kedua mengusung mempelai wanita, laki-laki yang mengusung kedua mempelai
tentulah harus kuat agar mampu menahan beban berat kedua mempelai, mempelai
pria duduk di atas bahu dengan posisi mengangkang, sedangkan mempelai wanita
duduk dengan posisi menyamping.Kemudian mereka diarak sambil diiringi berbagai
macam kesenian tradisional, seperti tari japin, hadrah, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA